OBORMOTINDOK.CO.ID. Palu– Hilirisasi mineral kritis menjadi salah satu kebijakan strategis yang diusung oleh Pemerintah Indonesia untuk memperkuat daya saing ekonomi nasional, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mengoptimalkan teknologi ramah lingkungan.

Program ini juga bertujuan memberikan multiplier effect, seperti peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi, meningkatkan devisa ekspor, serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

Salah satu implementasi nyata dari kebijakan ini adalah pembangunan smelter HPAL (High-Pressure Acid Leaching) oleh PT Anugrah Neo Energy Material di Kawasan Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE), Desa Buleleng, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Pada acara groundbreaking yang digelar pada Sabtu (14/9), Gubernur Sulawesi Tengah H. Rusdi Mastura menyatakan bahwa pembangunan smelter HPAL ini merupakan langkah penting yang akan berdampak signifikan bagi perekonomian daerah dan nasional.

“Pembangunan smelter HPAL PT Anugrah Neo Energy Material ini merupakan momen penting yang akan membawa dampak positif bagi perekonomian daerah dan industri nasional. Dengan pendekatan hilirisasi berbasis teknologi ramah lingkungan, proyek ini juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,” jelas Gubernur dalam sambutannya.

Teknologi HPAL yang diterapkan pada smelter ini terbukti mampu mengolah nikel menjadi bahan baku utama baterai kendaraan listrik, mendukung terciptanya energi bersih dan berkelanjutan. Gubernur Rusdi Mastura juga menyampaikan rasa bangganya atas penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam proyek ini.

“Saya pribadi, pemerintah provinsi, dan masyarakat Sulawesi Tengah sangat bangga dengan pembangunan smelter HPAL yang ramah lingkungan ini. Proyek ini merupakan terobosan penting bagi pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Tengah, sehingga kepentingan industri dan lingkungan dapat berjalan harmonis,” ungkapnya.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto turut hadir dalam acara tersebut dan memberikan apresiasi kepada Neo Energy atas realisasi investasi pembangunan smelter HPAL pertama di Indonesia yang menggunakan 100% energi terbarukan.

Smelter ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), bahan precursor katoda baterai kendaraan listrik.

Diharapkan, proyek ini mampu menambah kapasitas produksi MHP nasional sebesar 120 ribu ton per tahun.

“Saya memantau bahwa semua alat berat yang dioperasikan di kawasan ini berbasis elektrik. Ini menunjukkan dukungan terhadap target zero emission di sektor pertambangan dan industri,” kata Menko Airlangga.

Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama dengan TNI/Polri untuk melindungi proyek ini sebagai aset nasional.

Presiden Komisaris Neo Energy, Joseph Hong, menjelaskan bahwa perusahaannya berkomitmen untuk terus memimpin dalam pengembangan industri berkelanjutan.

Penggunaan 100% energi hijau dalam operasional smelter memastikan bahwa proyek ini tidak akan menghasilkan emisi karbon, sejalan dengan transisi dunia menuju energi bersih.

“Kami berkomitmen untuk terus mengedepankan inovasi dan keberlanjutan, dengan memastikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi Indonesia dan masyarakat global,” ujar Joseph.

Acara groundbreaking ini juga dihadiri oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, Pj Bupati Morowali Yusman Mahbub, anggota Dewan Komisaris Neo Energy, serta jajaran Forkopimda Sulawesi Tengah dan Kabupaten Morowali.**

*) Ikuti berita terbaru Obormotindok.co.id di Google News

Jum Amar